Deri Rizki Anggraini: Mengedukasi Soal Kesehatan dengan Cara yang Fun!
Setiap penyuluhan atau edukasi kesehatan yang ia berikan selalu seru dan jauh dari membosankan. Memangnya seperti apa sih?
Kecintaan Teh Deri terhadap dunia edukasi dan kesehatan tidak hanya membuatnya aktif di berbagai komunitas dan organisasi tetapi juga sebagai penulis buku. Buku-buku yang ditulisnya tentu saja bertemakan kesehatan. Karena kualitas tulisannya, Teh Deri dan suami, yang juga seorang penulis, sering mendapat permintaan untuk menulis buku dari penerbit. “Sebenarnya, penerbit butuh penulis yang bisa menulis tentang kesehatan. Tapi sayangnya, penulis yang mau, apalagi jago nulis soal kesehatan masih sedikit. Kalau dulu, kami (Teh Deri dan suami, ) yang mengirim naskah tulisan, sekarang justru penerbitnya yang sering order tulisan ke kami. Alhamdulillah,” tutur Teh Deri . Selain mengasuh LCC, Teh Deri punya segudang kesibukan lainnya. Teh Deri terlibat sebagai anggota di Persatuan Ahli Gizi (PERSAGI) Sleman, Ketua Bidang Minat di Keluarga Alumni Gizi Kesehatan (KAGIKA UGMA) UGM, dan anggota bidang minat di Ikatan Sarjana Gizi Indonesia (ISAGI). Sesekali, Teh Deri juga diminta menjadi ahli gizi di TK Salman Al Farisi Yogyakarta. Selanjutnya, dalam waktu dekat ini ia akan menyelesaikan buku, melanjutkan program SCI, membuka program Sekolah Calon Ayah (SCA), mengadakan untuk LCC, menyelesaikan program kerja untuk PW Salimah, dan melakukan menulis di sekolah yang berada di luar kota. “Enggak usah merisaukan enggak ada lapangan kerja, tetapi risaulah kalau kita enggak punya apa-apa, tidak berkualitas. Saya yakin, kalau kita berkualitas, enggak hanya, punya kemampuan yang berbeda, pasti dicari,” pesannya, menyudahi pembicaraan. [CN]
Kecintaan Teh Deri terhadap dunia edukasi dan kesehatan tidak hanya membuatnya aktif di berbagai komunitas dan organisasi tetapi juga sebagai penulis buku. Buku-buku yang ditulisnya tentu saja bertemakan kesehatan. Karena kualitas tulisannya, Teh Deri dan suami, yang juga seorang penulis, sering mendapat permintaan untuk menulis buku dari penerbit. “Sebenarnya, penerbit butuh penulis yang bisa menulis tentang kesehatan. Tapi sayangnya, penulis yang mau, apalagi jago nulis soal kesehatan masih sedikit. Kalau dulu, kami (Teh Deri dan suami, ) yang mengirim naskah tulisan, sekarang justru penerbitnya yang sering order tulisan ke kami. Alhamdulillah,” tutur Teh Deri . Selain mengasuh LCC, Teh Deri punya segudang kesibukan lainnya. Teh Deri terlibat sebagai anggota di Persatuan Ahli Gizi (PERSAGI) Sleman, Ketua Bidang Minat di Keluarga Alumni Gizi Kesehatan (KAGIKA UGMA) UGM, dan anggota bidang minat di Ikatan Sarjana Gizi Indonesia (ISAGI). Sesekali, Teh Deri juga diminta menjadi ahli gizi di TK Salman Al Farisi Yogyakarta. Selanjutnya, dalam waktu dekat ini ia akan menyelesaikan buku, melanjutkan program SCI, membuka program Sekolah Calon Ayah (SCA), mengadakan untuk LCC, menyelesaikan program kerja untuk PW Salimah, dan melakukan menulis di sekolah yang berada di luar kota. “Enggak usah merisaukan enggak ada lapangan kerja, tetapi risaulah kalau kita enggak punya apa-apa, tidak berkualitas. Saya yakin, kalau kita berkualitas, enggak hanya, punya kemampuan yang berbeda, pasti dicari,” pesannya, menyudahi pembicaraan. [CN]

Sederhana, lincah, dan ramah. Itulah kesan pertama yang Careernews tangkap saat bertemu dengan Deri Rizki Anggraini, S.Gz., di kediamannya. Bangunan tersebut tidak hanya digunakan sebagai hunian oleh Teh Deri, sapaan akrabnya, tetapi juga merupakan markas atau sarang bagi komunitas yang ia motori, yaitu Lebah Ceria Community (LCC).
tuh–redsumringah
Menulis dan mengedukasi masyarakat soal gizi dan kesehatan dilakukan
Teh Deri dengan gairah yang seolah tak akan pernah padam. Saat ditanya
soal profesi, alumni Gizi dan Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM ini
dengan mantap menjawab, “Saya lebih suka disebut trainer, tidak hanya sebagai seorang edukator. Trainer itu tidak hanya soal transfer knowledge tetapi juga ada perubahan mindset di situ. Dari bermacam kegiatan yang saya jalani, semua ada irisannya, yaitu seorang trainer. Itulah yang saya kerjakan, itulah saya.”
Tak lelah melakukan edukasi kesehatan
Edukasi kepada masyarakat terkait
kesehatan adalah hal yang dirasa penting oleh Teh Deri. Dengan edukasi
yang baik, masyarakat jadi mampu untuk mengambil keputusan serta
menimbang risiko atas pilihannya. “Dua masalah gizi yang terbesar di
Indonesia saat ini adalah obesitas dan malnutrisi. Di beberapa kasus
yang saya ketahui, kedua hal itu terjadi bukan karena enggak punya uang,
melainkan karena minimnya pengetahuan. Tak sedikit jumlah masyarakat
kita yang masih simpang siur membedakan mana yang mitos dan mana yang
fakta,” demikian ia menerangkan.
Di mata Teh Deri, masyarakat Indonesia masih sangat membutuhkan
informasi yang benar terkait kesehatan. “Enggak usah jauh-jauh sampai ke
desa, kita lihat di kota saja. Di kota juga masih ada loh yang belum
paham soal gizi kesehatan. Masih ada juga yang enggak paham soal asupan
gizi seimbang dan bagaimana menerapkannya. Kalau disepelekan, nanti
malah dampaknya menjadi tidak baik,” ucap ibu dari tiga anak ini.
Teh Deri memandang edukasi kesehatan yang dilakukan selama ini masih
terkesan kaku dan terlalu teoretis. Penyampaian seperti itu, lanjut Teh
Deri, hanya akan didengar sambil lalu oleh audiens tanpa diikuti oleh
perubahan perilaku mereka. “Padahal yang penting dari edukasi adalah
terjadinya perubahan perilaku,” ujarnya.
Untuk mengedukasi masyarakat dengan lebih baik perihal gizi dan
kesehatan, Teh Deri bersama delapan orang teman akhirnya sepakat untuk
mendirikan Lebah Ceria Community (LCC). “LCC hadir tidak hanya untuk
transfer knowledge dengan masyarakat di luar kampus tetapi juga
mengubah perilaku mereka. Itu memang butuh waktu,” jelasnya dengan
logat Sunda yang kental.
Materi edukasi gizi dan kesehatan yang disampaikan oleh LCC kepada
masyarakat pun beragam, mulai dari informasi soal gizi seimbang, personal hygiene, diet sesuai kondisi tubuh, cara memasak yang baik atau food safety,
cara menangani anak yang susah makan, hingga mengedukasi para ibu untuk
menciptakan produk baru dari bahan makanan yang ada di sekitar mereka.
Lebih lanjut, Teh Deri menjelaskan filosofi di balik pemberian nama
Lebah Ceria Community. “Produktivitas lebah itu luar biasa. Makan yang
bagus-bagus, menghasilkan juga yang bagus-bagus. LCC ingin bermanfaat
untuk sebanyak-banyaknya orang seperti lebah,” imbuh Teh Deri.
Komunitas yang berkarakter
Nah, soal gaya edukasi, Teh Deri mengatakan bahwa LCC memiliki ciri
khasnya sendiri. “LCC itu kalau kasih edukasi harus dengan gaya yang
ceria, senang, riang. Presentasi pun enggak dengan power point yang monoton, yang isinya cuma tulisan. Pokoknya dibuat se-fun mungkin biar materinya lebih enak diterima sama audiens,” paparnya penuh semangat. Gaya edukasi yang fun
tersebut, menurut Teh Deri, merupakan perwujudan dari kata ‘ceria’ yang
tercantum dalam nama komunitas. “Ceria itu sebenarnya singkatan, untuk
menjelaskan karakter kami sebagai komunitas, yaitu cerdas, riang, dan
sehat,” katanya diselingi tawa.
Reputasinya yang baik membuat LCC mendulang kepercayaan banyak pihak.
Hal itu terbukti dari tawaran kerja sama untuk melakukan edukasi atau
kampanye soal gizi dan kesehatan yang terus berdatangan dari lembaga
sosial, instansi swasta, hingga instansi pemerintah. Sebut saja AQUA
Home Service untuk Bunda & Keluarga atau AHS BANGGA, Kampanye
Sarapan Sehat - Nestle, Dompet Dhuafa, Bulan Sabit Merah Indonesia
(penyedia dokter dan tenaga medis kesehatan), Panti Asuhan Yatim
Mandiri, organisasi Pembinaan Kesejahteraan keluarga (PKK), TK Salman Al
Farisi Yogyakarta, dan Pengabdian Masyarakat UII.
Punya banyak kesibukan, jeli bagi konsentrasi
Tak hanya itu, Teh Deri juga aktif di lembaga pelatihan Potensia yang
fokus pada bidang tulis-menulis. Soal peserta yang mengikuti pelatihan
di Potensia, menurut Teh Deri, sebagian besar memang anak-anak sekolah.
Namun demikian, Teh Deri mengatakan bahwa guru atau siapa saja yang
ingin belajar dan mengasah kemampuan menulisnya bisa ikut dalam program
yang disediakan oleh Potensia. Lembaga pelatihan menulis ini berdiri
atas ide Teh Deri dan suami serta seorang temannya. “Basic-nya
memang untuk mengedukasi. Kami punya konsep yang namanya ‘Fun Writing’.
Konsep inilah yang kami tawarkan kepada komite di sekolah-sekolah,” kata
perempuan asli Cimahi, Jawa Barat, ini.
Lebih lanjut, Teh Deri bertutur soal kegiatannya mengisi kajian di
masjid Nurul Ashri, di mana ia mengedukasi perempuan menjadi calon ibu
yang baik dan multitasking. Sekolah Calon Ibu (SCI), itulah
nama program edukasi bagi perempuan yang idenya telah Teh Deri endapkan
sedari 10 tahun yang lalu. Teh Deri juga mengemukakan bahwa mengedukasi
perempuan merupakan kesukaan baginya. “Edukasi satu perempuan, ketika ia
menjadi ibu, ia akan tahu bagaimana memperlakukan anak-anaknya.
Mengedukasi satu perempuan sama dengan menyelamatkan nasib satu generasi
bangsa,” begitu ia menekankan.
Dengan aktivitas yang sedemikian padatnya, Teh Deri paham betul bahwa
hal tersulit adalah membagi konsentrasi agar semuanya berjalan lancar
dan maksimal. “Kalau soal bagi waktu mah gampang. Yang susah itu bagi konsentrasi. Tapi sadari sekuat tenaga, selesaikan semua tugas sesuai deadline,”
ujarnya. Lagi, ia menambahkan bahwa dibutuhkan kekuatan fisik untuk
bisa membagi konsentrasi dengan baik. “Makanya saya yoga, untuk melatih
tubuh dan pikiran. Kalau mau bermanfaat untuk orang lain, dimensi
pikiran, hati, tubuh, harus benar-benar dijaga. Kalau kita sendiri malah
lengah, mau ngapain coba?” imbuhnya tersenyum.
Pribadi yang vocational oriented
Dalam melaksanakan pekerjaannya, Teh Deri berpegang teguh pada hadis
yang menuliskan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat
untuk orang banyak. “Pekerjaan itu bagi saya adalah vocational oriented, tidak melulu soal menghasilkan uang tetapi juga soal meningkatkan skill
kita. Kita belajar apa dari pekerjaan itu? Berapapun bayarannya, kalau
saya bisa belajar banyak dari situ, enggak dibayar pun rasanya, wah,
sudah punya banyak ilmu,” ucapnya.
Itulah mengapa Teh Deri dengan mantap menyebutkan, “Volunteer itu pun pekerjaan, ia menyita waktu. Dan dari sana, akan banyak keajaiban yang terjadi. Insya Allah kita tidak melakukan hal yang sia-sia.” Teh Deri mengaku bahwa ia memiliki misi untuk mengenalkan soal profesi volunteer ke kampus-kampus. “Khususnya ke anak gizi, volunteer juga bisa dijadikan sebagai profesi kalian,” imbuhnya lagi.
Menurut Teh Deri, aktivitas volunteerism telah banyak berjasa
dalam membantunya hingga berada di posisi sekarang. Melihat bagaimana
geliat Teh Deri dalam mengedukasi masyarakat di beragam kegiatan, PW
Salimah DIY, yang khusus menangani soal anak dan perempuan, menawarkan
posisi staf bidang pendidikan kepadanya. Tawaran yang tak
disangka-sangka itu tentu saja disambut Teh Deri dengan antusias.
open recruitmenttraining study oriented
Penulis : Elyzabeth Winda
Editor : Vinia Rizqi, Rifki Amelia
0 Komentar