Beberapa
bulan yang lalu, layar televisi
kita dihiasi oleh pemberitaan tentang pemilukada Jabar. Berdasarkan hitung
cepat waktu itu, Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar, Cagub & Cawagub no urut 4
mendapat perolehan suara terbanyak dan diprediksikan menang satu putaran. Sebagai
calon petahana/incumbent, Cagub yang biasa dipanggil kang Aher itu ditanya
oleh wartawan: “Bila anda terpilih kembali menjadi gubernur dan ini merupakan
periode kedua atau terakhir anda menjabat, apa yang akan anda tinggalkan untuk
masyarakat Jabar?”. Lalu
dijawab dengan santun dan mantab oleh kang Aher: “kebaikan yang menyejarah”.
Iya, kebaikan yang menyejarah, amal baik yang
melegenda, amal sholeh yang selalu dikenang dan dijadikan teladan. Hal ini
sudah dicontohkan oleh Muhammad Al-Amin SAW, para sahabat, dan para tabi’in. Ratusan
tahun yang lalu
hiduplah seorang remaja yang tekun membaca dan menulis. Hari itu sudah cukup
malam, waktunya makan malam. “Yaa
Bunayya, Wahai anakku, makan malamlah dulu!”, ibunya mengingatkan dengan
penuh kelembutan. “Sebentar bunda, nanda selesaikan dulu ini”, jawab dengan
lugu. Ia terus membaca, menelaah, mamahami, dan menulis. Sibuk dengan
aktivitasnya, konsentrasi pada karyanya. Melihat anaknya seperti itu, ibunya
lalu mengambilkan makan malam. Ia datang menyuapinya. Sesuap demi sesuap makan
malam itu habis dilahap oleh sang putra kesayangan. Sementara remaja itu masih
sibuk dengan aktivitasnya. Hingga fajar pun tiba. Ia bertanya pada ibundanya
yang baru bangun, “bunda, mana makan malamku”. “aku sudah menyuapimu anakku”
jawab ibunya. Putranya berkata: “demi Alloh aku tidak merasakannya”.
Subhaanalloh!. Siapa dia? Ayo tebak? Dia adalah
Imam An-Nawawi, murid Imam Syafi’i. Anak muda yang sarat karya dan prestasi menyejarah.
Ribuan manuskrip dilahap, ratusan kitab dipersembahkan untuk umat. Peluh dan
air mata dicurahkan untuk ilmu dan jihad demi kemuliaan Islam. Imam Nawawi
telah meninggalkan kebaikan yang menyejarah melalui karya-karyanya. Kitab Al
Adzkaar, Riyadhus-sholihin, Arba’in An Nawawi, Bustanul Arifin, dan masih
banyak karya-karyanya yang menjadi rujukan hingga sekarang.
Begitu juga dengan RA Kartini,
kenapa masih dikenang? Karena kebaikannya menyejarah. Perjuangannya yang tidak
kenal henti, sehingga menyejarah. Kita juga tidak mengenal RA Kartini saja, begitu
juga dengan pahlawan2 wanita Indonesia lainnya. Cut Nyak Dien, Dewi Sartika,
Nyi Ageng Serang dan lain sebagainya. Atau pahlawan muslimah pada masanya,
Khodijah Al-Kubro, Fatimah Az-Zahro atau Sumaiyah. Kebaikannya telah
menginspirasi dan menyejarah sehingga menjadi tauladan.
Ada 3 syarat agar kebaikan itu
menyejarah:
- Al-Iman, keimanan. Jika kebaikan itu ibarat gelombang, maka apa sumbernya? Iya, angin. Dan angin keimananlah yang menggerakkan gelombang kebaikan itu. Jika keimanan itu besar, maka gelombang yang akan ditimbulkannya jua akan besar. Atau sumber getaran apa saja yang menimbulkan gelombang. Seperti gelombang suara. Bila pita suara itu dilatih dan bersih, maka gelombang suara yang akan ditimbulkan jernih dan merdu.
- Al-Amal As-Shohihah, amal yang benar. Amal atau kebaikan yang dilakukan harus benar secara syariat. Ia tidak boleh bertentangan dengan keimanan. Arah gelombang itu tidak boleh bertentangan dengan sumber gelombangnya. Contoh: Buang sampah ditempat sampah. Kelas 2 buang sampah ditempat sampah kelas 4. Benar tidak? Benar buang sampahnya, tapi ada yang salah kenapa? Karena bukan tempat sampah kelas 2. Karena setiap kelas sudah punya tempat sampah sendiri.
- Al-Istimror atau Al-Istiqomah. Terus-menerus. Gelombang itu harus terus-menerus sehingga ia membekas dan meninggalkan jejak mendalam. Contoh: dua tahun yang lalu kita mengenal mas Fatin. Ia terkenal sebagai anak yang rajin puasa senin-kamis. Kebaikannya menyejarah karena terus-menerus, tak kenal henti. Coba bayangkan jika ia puasa hanya karena dijadwalkan dari sekolah saja, tentu tidak akan meninggalkan bekas. Tapi ia melakukan terus menerus sehingga amalnya dijadikan teladan bagi yang lain, bahkan bagi guru2 sekalipun.
Sudah sepatutnya kita segera
berlomba-lomba mengukir amal sholeh yang menejarah. Jika murid dan guru saling
berlomba dalam kebaikan, maka Alloh pasti akan menaungi langit sekolah kita
dengan keberkahan. Tahu apa itu barokah? Barokah adalah ketika sesuatu dilihat
secara kasat mata adalah masalah tapi sesungguhnya ia adalah hikmah. Contoh;
ketika kita semua sudah secara otomatis berlomba dalam kebersihan kamarmandi,
tidak ada lagi kamar mandi yang kotor. Semua bersih karena semua senang beramal
baik. Semua membersihkan secara sukarela. Taman2 terawat indah. Sepatu sandal
tertata rapi dan tidak saling meminjam. Maka saat itu yang akan terpikir
dibenak kita adalah kebaikan. Jika saat itu kita melihat sampah dibelakang.
Maka akan segera terlintas dalam benak kita solusi. Itulah barokah. Sebaliknya
jika kamar mandi kotor, lantai kotor, taman tak terawat, sandal sepatu semrawut
tidak karuan. Tentu yang ada dipikiran kita adalah masalah. Melihat sampah
disebelah utara itu bertambah pula masalah kita.
“Apabila di dalam diri seseorang
masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi
orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”.
(Soekarno).
Wallahu A’lam Bissowab. Semoga
bermanfaat. (Dihimpun dari berbagai sumber)

0 Komentar